Blogger Widgets

hujan dan lana


hujan yang selalu menemani lana di hampir seperjalanan hidup nya, entah mengapa dia sangat menaruh harapan yg besar ketika hujan datang, yang aku tau hujan selalu bisa membuat nya tersenyum lebar dan bisa menghilangkan rasa sakit yg selama ini selalu menemani nya, lana  sosok yang begitu ceria dan selalu melemparkan senyum merekah nya di sepanjang waktu, meskipun di balik senyum merekah nya ku tau banyak sekali beban yg mengganjal di hati n pikirannya, tapi dia selalu bisa menutupi semua bebannya dgn senyuman yg indah,

lana mencintai hujan, meskipun hujan yg telah memisahkan antara dia dan ibu nya, tapi dia selalu menantikan saat2 hujan turun, krena dia dapat  merasakan dekapan lembut ibu nya sama sperti saat terakhir dia memeluk erat ibu nya di tengah tusukan tajam hujan yg turun memisahkan ibu dan anak itu, mendengar kisah nya dulu aku tertegun dan membayangkan jikalau aku menjadi dia,
aku terbgun dari lamunan ketika sibakan air di cipratkan oleh lana ke muka ku, ''hey kmu ngelamun aja, ayo lah sini kita menari2 bersama hujan" teriaknya di tengah gemericik air hujan yg menemani kami saat itu di taman belakang kmpus ku, seperti biasa ku hanya menggeleng-gelengkan kepala ku sambil membalas ''its ok, kmu saja yg menari2 dgn hujan, aku yg bermain musik nya bersama petir yg menggelegar" mendengar sperti dengan muka agak kecewa  karena seperti biasa aku tak menggubris nya untuk menari2 bersama hujan,
lana mungkin tak akan tau kenapa aku tidak suka dengan hujan,yg memisahkn ku dengan nya suatu hari nanti, tapi aku coba tutupi itu, yg aku tau, lana selalu  tmpak bahagia ketika hujan datang,

sore itu lana mengajak ku dengan baby blue scrpio motor kesayangnnya yg ku bilang sebagai motor gede, saat itu aku tak tau dia ingin membawa ku kemana, aku hanya mengikuti lngkah kaki nya ku yakin dia tak akan membawa ku ketempat buruk, baby blue lana berhenti di area pemakamam yg tak cukup besar, aku spontan bertanya pada nya ''kita mau ke makam siapa na'' sapa ku halus, ''sudah nanti km jga akan tau'' balas nya singkat sambil memarkir baby blue nya, tak jauh dari situ ada seorang pa tua dengan senyum manis  nya dia menyapa lana ''hey nak lana, sudah mau hujan, jgn lama2 ya dsini, tkut hjan nya akan deras'' serentak ku kaget, lah ko ini pa tua sepertinya sudah mngenal lana dekat sekali, ''nda apa pa, cuma sebntar ko nemenin ibu,, ttip motor ya pa," balas lana smbil membrikan bungkusan kecil ke pa tua itu, seprtinya mereka memang sudah lama kenal, dan lana memberikan sesuatu untuk pa tua itu.
"ini kita ke makam ibu mu tho na" tegas ku yg mendengar ucpan nya lana tadi ke pa tua itu,
tanpa ada jawaban apapun dari lana, lngkah nya begitu pasti menapaki gundukan tanah pemakamam itu, tak berapa lama kemudian, dia berhenti di depan makam yg tertuliskan maryam, ya ku ingat nama ibu nya maryam, ku lihat  lana tak mampu menahan tangisannya, lana yg ku liat tegar dan tak pernah di banjiri air mata ternyata  hatinya bisa begitu rapuh dan menguscurkan tangis ketika berada di makam ibu nya yg dia sayangi, aku pun menjatuhkan kedua lutut ku dan bersimpu seraya berdoa untuk maryam ibu lana, 
setetes air  membasahi tangan ku, ku pikir ini tetesan air mata lana, tapi lama2  bertambah banyak dan deras, ya ku tersadar hujan yg membasahi nya, tak lama , aku bergegas mengeluarkan payung  lipat yg ku bawa di tas ransel ku, dan segera mengajak lana untuk kembali ke saung tempat pak tua tdi, tapi dengan santainya lana membuka payung usang yg ada di smping makam ibu nya, dan membuka payung itu untuk memayungi makam ibu nya, "na ayo neduh," seru ku sambil meyibakan payung untk berlindung, "aku masih mau disni mayungin ibu untuk terkhir kali nya,  mungkin sampe aku rasa cukup bru aku pulang," mendangar kata itu aku paham betul bagaimna lana dengan kegigihannya dan rela badan nya yg kekar di hantam ratusan duri2 air hujan yg menerkam, air matanya sudah tak nampak lagi, karena tercmpur dengan hujan,  ku temani dia dengan payung mini ku, sampai saat nya dia memukul pundak ku halus, dan berkata "vi, ayo kita pulng, sudah cukup ku temani ibu hari ini," smbil meletakkan payung usang tadi di tongkat kecil yg menurutku sudah sengaja lana pasang sebagai sandaran untuk meletakkan payung disaat hujan di makam ibu nya,,
sebelum jalan pulang lana mendatangi pa tua dan ku dengar dia berpesan ke pada pa tua, untuk menjaga ibu nya , ku bertanya2 dalam hati kenapa dia berpesan seperti itu,?? dan ku juga masih bertanya2 apa yg dia maksud dengan saat terakhir memayungi ibu nya, ehm, entah lah saat itu aku tak pikir panjang kata2 lana yg penuh tanda tanya saat itu.

baby blue lana dan aku, segera meninggalkan tanah pekuburan itu, hujan masih saja deras tapi lana nekat untuk melanjutkan baby blue nya menyelusuri hantaman duri2 hujan,  ini yg menjadikan  alasan kenapa aku tidak pernah menyukai hujan sama sekali, jas hujan plastik ini tak cukup menahan ku dri tusukan hujan, tapi tidak dengan lana, jaket kulit nya mungkin sudah cukup untuk nya berlindung dari hujan.
aku tak tahu pasti kemana lana membawa scorpio biru ini, aku sengaja memeluk nya erat di atas baby blue nya, dan tanpa ku sadari tangan kirinya lana menyikap tangan  yg kulilitkan di perut nya, entah kenapa saat itu hati ku begitu damai meskipun sedang bermandikan hujan dengan lana pria yg selama ini ku temani di saat hujan, ku rasakan tangan dingin lana yg pnuh kehangatan kasih, 
ku sibak kan jas hujan yg menghalangi muka ku dan badan ku ini, ku biarkan hanya sweeter tipis ku yg menahan hujan, ku ingin menemani nya saat itu bersama hujan, diatas baby blue yg berjalan cukup lambat, dia melepaskan tgn nya dari stang scorpionya, dan menjemput kedua tangan ku seraya membentangkan bersama tangan nya yg kekar, ya saat itu benar2 ku rasakan terbang di tengah2 ribuan duri2 hujan, sejak saat itu lana benar2 membuat ku jatuh cinta terhadap hujan, lana yg membuat ku mencintai hujan, ku nikmati saat berdua diatas baby blue lana sampai aku tak sadar, sudah jauh baby blue lana membawa kami bermain bersama hujan, rasa nya ku tak mau bergegas untuk mengakhiri ini semua ini, saat indah di mana pertama kali nya aku belajar menari bersama hujan dengan lana,

aku tergolek lemah tak berdaya ketika ku rebah ku tubuhku di atas kursi santai kamar ku, sembari ku mengingat2 apa yg telah terjadi hari ini dan ku menyisir rambut ku setelah bermandikan air hujan dengan nya,
tak lama ku ambil telpon genggam ku dan ku kirim  pesan untuknya
 'hri ini hari pertma kali nya ku jatuh cinta pada hujan, yg membuat ku mngerti kenapa selma ini kau begtu menctai hujan. ku mencitai mu sama seperti bagaimana kau mencintai hujan itu'

tak lama ku memejamkan mata dan berharap esok akan ku jumpai lagi hujan dan akan ku menari2 bersama nya.
pagi yg mendung itu ku sudah tiba di taman fakultas kampus ku, yg biasa nya sebelum ku ada disitu lana sudah lebih dulu menunggu ku sembari membawakan apel segar kesukaan ku untuk sarapan dan sepotong brownis coklat juga tersedia, tapi entah mengapa pagi itu tak ku jumpai ransel yg biasa menemani lana, tetap ku tunggu dia ditaman itu sampai saat nya ku lihat jam sudah menunjukan waktunya jam pertma mata kuliah filsafat ku, ku tinggal kan taman dengan tanda tanya besar di hatiku, "kemana lana?"

siang hari setelah jam kulilah ku habis, ku  coba hubungi lana, '' lana, kamu gak lagi2 menari ama ujan lagi kan?, klo kamu nari aku ikut ya'' ku liat memang siang hri itu sedang gelap gulita krena hujan angin yg sedang menerpa
''ga ko vi, aku ga lagi ujan2nan jgn khawatir ya" jawab nya dngan suara lemas tpi ku dengar suara gemuruh deras dari ponselnya, aku langsung berpikir kalau lana berbohong dan segera ku letakkan ponsel dan tas ku dalam loker, hujan angin yg sangat deras saat itu tak ku hiraukan, ku berlari menyusuri lorong fakultas ku, payung lipat yg ku pegang sejak tadi ku acuhkan begitu saja, krena meyulitkan ku mengangkat rok ku yg panjang ini,, aku tau saat2 seperti ini lana ada disana sedang menari2 bersama mata tajam hujan yg menusuk2 badanya, dan gemuruh petir pun tak ia hiraukan, ku sempat berpikir dengan kata2 nya terakhir di makam itu, aku takut ada sesuatu yg terjadi dengan lana.
dengan nafas masih tak beraturan,  ku liat lana benar2 menari2 di tengah2 hujan angin yg mengerikan ini, ia tertawa sembari mengadahkan kepala nya ke atas langit, entah kenapa dia selalu dan selalu melakukan ini,

"lana,,!!!" teriak ku dari tepi fakultas yg masih beratap, ehm, mungkin suara lembut ku tak bisa mengalahkan deraian hujan angin saat itu, hingga ia pun tak menoleh sama sekali ke arah ku, kuputuskan badan ku ini terjamah oleh air hujan yg menyakitkan ini,
ku berlari dan langsung memeluknya, baru kali ini aku punya rasa takut kehilangan sebesar ini kepada lana,, dia membalas pelukan ku erat, dan berkata sesuatu di kupingku, entah apa yg dia ucapkan yg jelas tak ku hiraukan sama sekali apa yg dia ucapkan.  gemuruh hujan menerjangi kami berdua, di bangku taman tempat kita duduk, ku lihat payung usang yg ada di makam ibu nya, dan sebuah apel dan tempat makan hijau yg ku tau isinya paasti sepotong brownis yg selalu ia berikan untuk ku, dia biarkan semua itu terguyur hujan bersama kami, kembali ku bertanya2 dalam hati, kenapa secepat ini aku akan kehilangan lana, pria yg menguatkan ku dan mengisi hari2 ku selama ini, "jangan pergi lana," isakku di tengah gemuruh hujan, "jangan pernah pergi dari ku," ku lnjutkan kata2 ku, smpai tiba2 lana melepaskan pelukannyana dari ku, dan kurasakan tangan nya yg dingin mengusap air mata ku yg tersapu bersama hujan, "jgan menangis gadis ku" ucap nya dengan senyum merekah nya seraya membelai rambut ku yg terguyur bersama hujan, "jangan pernah menangis saat hujan, tersenyum lah karena kau bisa menikmati hujan,," badanya yg kekar tak mampu ku topang dengan tubuh ku yg mungil ini, lana terjatuh dan aku hanya bisa menopang pundaknya dengan satu sisi tangan ku, petir yg bersaut2tan tak ku hiraukan, tatapan lana yg penuh kehangatan bisa ku rsakan di saat terakhir itu,, sekali lagi dia berkata, "jgn pernah menangis di saat hujan, aku akan selalu datang menemani mu saat hujan turun," dia menggenggam erat telapak tangan ku dan kurasakan bibir hangatnya di keningku untuk pertama dan terkhir kalinya,, damai yg kurasa ketika ia mengecup keningku, setelah sekian lama kita bersama baru kali ini kita berdua begitu sedekat ini, genggaman tangan lana sedikit demi sedikit jatuh bersama rintik hujan bersama tangisan ku. petir yg menggelegar menjadi saksi  dari teriakan ku untuk kepergian lana selama2 nya, dan untuk terakhir  kalinya apel dan brownis itu pun menjadi saksi biksu yang menghantarkan kepergian nya untuk selama2 nya dari sisi ku, 

lana, dan hujan yg selalu menemani ku, kini ku hanya bisa menari setiap hujan datang, karena ku tau lana pasti menari bersama derai hujan itu, hujan yg mmpertemukan ku sekaligus yg memisahkan ku dgn lana, tapi ku tak berkecil hati dan benci terhadap hujan, karena lana  yg telah mengajari ku mencitai hujan, lana yg membuat ku untuk tidak bersedih saat hujan, hujan dan lana yg menghapus tangisan ku dan menggantikan tangis menjadi senyum merekah, kini ku yang memayungi mu disaat hujan dengan payung usang yg selama ini kau gunakan untuk memayungi ibumu,

untuk hujan yang membuat senyum ku dan lana merekah, untuk hujan yg selalu memberikan kedamaian, dan untuk lana yg mengajari ku mencintai hujan, ku tak akan bersedih lagi ketika hujan datang, ku akan menari nari bersama derai rintik hujan yg membasahi tubuh ku,


jogja,  disaat hujan dan lana menari
dan aku pun tersenyum karena lana dan hujan


1 comments:

  1. Unknown mengatakan...:

    ini sebetulnya imajinasi untuk tugas cerpen saya over years ago.
    but i copy the script into this blog, >_<

Posting Komentar

 
Ika Widi Footprints © 2011 | Designed by Chica, modified By Ika Widi, Jounal and Follow me