Blogger Widgets

"satu pertemuan itu sudah cukup bagi ku"


perjumpaan kita saat itu berawal dari sebuah kantong tidur. cukup aneh memang jika terlalu di pahami lebih dalam mengapa kantong  tidur itu yg membuat kita saat ini begitu dekat. 

kamu orang yg pertama kali memberikan ku minum dan membantu mencari teman2 ku,  saat aku tersesat,
kamu yang pertama kali mengajarkan ku bagaimana caranya untuk menghangatkan badan didekat bara api itu. 
kamu juga yg pertama kali mengusir ketakutan ku akan hitam nya malam di balik kokohnya pepohonan yg berdiri tegak,
kamu yg menemaniku malam itu berbicara pada bintang.
kamu yg bercerita tentang pengalaman2 nekad mu, yg membuat ku jadi menyukai tantangan.
kamu yg membangunkan ku untuk menghadap Sang Agung di pagi hari yg berselimut dingin

dan terlebih saat itu aku menjadi nyaman karena mu,
itu menurut ku, tapi entah tidak tahu apa yg berdetak di hati mu saat itu.

pertemuan yg singkat, dimana keesokan harinya, aku sudah harus berpisah dari mu, terima kasih untuk satu malam yg penuh makna dari semua pengalaman yg kau ceritakan pada ku.
setelah itu yg aku lakukan hanya berdoa, memohon kepada Sang Agung untuk bisa mempertemukan ku lagi dengan mu. walaupun ku pikir sangat tidak mungkin, karena kita berbeda jarak yg ber-mile2 jauhnya dan juga terpisah akan waktu.

detik demi detik sampai bulan pun dengan silih berganti dan tahun yg berbeda telah kita jalani. entah mengapa aku masih belum bisa melupakan mu. meskipun saat itu kita memang bukan sekedar apa2. tapi aku yakin kalau kamu itu orang yg di kirim Sang Agung untuk menemaniku.
penat, dan letih aku mencari-cari siapa kau dan dimana gerangan kau berada saat ini. sampai akhirnya  usia ku tidak semuda dulu disaat kita pertama kali bertemu.

aku putuskan untuk kembali ketempat pertama kali kita bertemu. 
berharap ku masih bisa merasakan hangatnya kantong tidur milik mu yg kau berikan untuk ku saat itu. berharap ku masih bisa melihat bintang dan bercerita banyak hal dengan mu. 
dan berharap kau bisa menyalakan bara api lagi untuk ku.

dua hari berlalu, tapi ku tidak bisa merasakan apa2 tentang mu, hanya kabut  putih yg menyelimuti pandangan hati ku saat itu. aku mau kau disini pinta ku saat itu. tak ada yg bisa ku lakukan saat itu, aku pun pasrah dan bergegas pulang dan mengubur bayang2 ku  akan dirimu.

senja jingga itu perlahan mulai turun dari balik pepohonan. aku rebahkan sebentar tubuh mungil ku bersandar diantara batang tua yg tumbang itu. hampir saja aku tertidur jika tidak ada suara lantang yg meneriaki ku dari atas bukit. dan itu ternyata kamu.

kamu yg dulu meminjami kantong tidur untuk ku,
kamu yg dulu memberikan minum untuk ku,
kamu yg dulu mengahangatkan ku dari bara api yg kau buat
kamu yg dulu menemani ku berbicara dengan bintang2.
bagai masih dalam bayang2 mimpi saat itu, aku tak tahu rasanya mengungkapkan rasa hati ku pada mu saat itu.
hingga tak sadar ku berlari kearah mu dan meraih raih  tangan mu yg masih kekar itu. dan ternyata lagi2 itu benar kamu.

tak butuh banyak kata yg kuingin dengar saat itu dari mu,
pertemanan kita melebihi rasa terindah yg pernah ku miliki, walau kita tak pernah saling ada kontak.

aku menjadi apa adaku, kamu pun sama.
dan aku mencintaimu, temanku,
apapun kamu, siapapun kamu, dan latar belakang yg kamu miliki. jalan hidup manapun yg kamu mau daki, 
aku akan ingin menjadi orang yg selalu berada di sisi mu, mendampingi. 
takdir yg telah memilih kita untuk bertemu lagi,
adamu aku syukuri
meskipun katamu kita berbeda. 
karena aku tidak akan pernah memilih jiwa yg laiinya untuk menjadi kamu.

terima kasih karena telah menjadikan aku begitu berarti memiliki mu


0 comments:

Posting Komentar

 
Ika Widi Footprints © 2011 | Designed by Chica, modified By Ika Widi, Jounal and Follow me