Blogger Widgets

Once Let Down

0 comments

i couldn’t let go of anything.
People, places, events, photographs,
 moments—even outcomes became objects of strong attachment.

Once let down,
 I never fully recovered. I could never forget, and the break never mended.
Like a glass vase that you place on the edge of a table, once broken, the pieces never quite fit again.
I must also realize that nothing happens without a purpose.
 Nothing. Not even broken hearts. Not even pain.

That broken heart and that pain are lessons and signs for me.
They are warnings that something is wrong.
 They are warnings that we need to make a change.
Just like the pain of being burned is what warns us to remove our hand from the fire,
emotional pain warns us that we need to make an internal change.

Thank to the "PAIN" that went to my mind.

Dear Samudera

0 comments

Dear Samudra Aku selalu menyukai arti dari nama mu.

entah mengapa setiap ku menyebut samudra yang terpikir oleh ku
adalah lautan lepas yang tiada batas dan juga hamparan laut yang penuh kemilau.
memang bukan hal yang mudah melupakan mu begitu saja dalam otak dan pikiran ku, ada kalanya aku selalu terpana kagum saat ku lintasi selat dan hembusan angin dari engkau samudra selalu menemani dalam sepi ku tepian dek kapal yang melaju perlahan meninggalkan buaian.

aku tidak mengerti mengapa aku ini selalunya merindukan samudera dan purnama
yang hari itu menemani aku dan dia dari buritan.
purnama yang kemilau nya lebih dari kemilau 2 pasang mata yang saling berpandang.
purnama yang kemilaunya selalu di nanti setiap orang di tengah samudera.
ombak yang syahdu memecah keheningan malam
dan membuat kita terbuai dalam keindahan malam yang sulit di lupakan itu,
ya malam pertama bagi ku memecah perawannya ombak samudera bersama mu.

Bermandikan senyuman merekah, ya aku masih ingat saat saat itu kulalui dengan mu.
Dan tetap bagaimana langit malam dan samudera yang menawan itu menyimpan semua cerita yang indah tentang kita.
Tiap aku luangkan waktu untuk melihat samudera yang menawan ini,
aku selalu berharap bisa menikmatinya lagi dengan mu,
membelah ombak yang menderu dan juga menikmati purnama dengan segala kemilaunya lagi.


Dari yang selalu merindukan mu..
Kailash dan dimana semua cerita itu akan bermulai.

Welcome Abroadd....

0 comments

Minggu, 22 september ’13 masih di on duty sebenarnya. Tetapi go a head saja jari ini mengetik di notepad putih ini menjadi beberapa huruf yang menjelma menjadi untaian kata dalam alunan kalimat yang bisa menjadi bahan untuk di inspirasi. Sudah lebih dari setahun saya meninggalkan blogspot dan saat ini waktunya untuk menulis cerita lagi, karena masih banyak cerita yang akan terus berjalan dan juga pastinya di buku harian saja tidak cukup menulis ribuan cerita yang mungkin bermanfaat untuk saya sharing. Ini bukan tentang soal perjalanan keberbagai tempat tapi ini tentang bagaimana proses ketidak tahuan kita terhadap suatu tempat dan bagaimana cara kita mem- Framingkan tempat tersebut menjadi kesatuan yg indah untuk dikenang.. Entry nya lumayan panjang tapi tetep semangat menggores pena lagi….

la mosche di roma

0 comments

sobat jejak pernah terpikir akan suatu kata "terbesar dan termegah" , pasti bayangan sobat jejak tentang kedua kata itu sangat lah "wah" dan juga mengagumkan. apalagi jikalau yg dimaksud atau  yg di tujukan dengan kata-kata tersebut adalah sebuah bangunan paling agung untuk umat muslim. ya mesjid merupakan salah satu bangunan yg paling agung untuk seluruh umat muslim. dan bagaimana ceritanya ya, kalau mesjid yg katanya terbesar di tanah eropa ini berada di negara yg notabene juga menjadi ikon terbesar suatu agama yaitu Katolik. hayuu sobat jejak bisa membayangkan kedua ikon terbesar ini ada di satu kota, dan satu sama lainnya saling menghargai tanpa ada perbedaan yg significant. 

kali itu miss widi di berikan kesempatan untuk mengunjungi keduanya secara bersamaan di satu waktu. ya mengunjungi Vatican city di pagi hari nya, dan bertengger untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim di sore harinya mengunjungi la moschea paolo pothogessi yg berada agak ke sudut kota roma. 
miss widi ga mau cerita banyak tentang vatican di post kali ini, hanya saja ingin lebih mengupdate banyak dan berbagi cerita gimna sih rasanya berada di "the largest mosque in europe" katanya ya,,  tapi jujur setelah sampai sana, miss widi kurang merasakan aura "wah" sesampainya di gerbang la moschea. satu faktor karena tempatnya ini tidak se "ramai" vatican city, dan sudut perkotaan roma. dan karena satu hal lagi, miss widi datang di saat hari sabtu, yg sedang tidak ada kegiatan atau acara resmi dari pihak management la moschea.

so cerita awal bermula dari surbuban train yg miss widi tumpangi untuk menuju stasiun pemberhentian dekat dengan la moschea. dan ternyata la moschea ini tempatnya tepat berdekatan dengan stadion paulo rossi tempat diadakannya event2 pertandingan2 bola international. (wah jujur miss widi juga baru tahu tentang stadion yg satu itu..)
di dalam train itu miss widi berkenalan dengan sesorang muslim juga. jangan heran ya sobat, kenapa miss widi tau bahwa ia muslim,


simpel aja ko, karena siy ibu sebelah miss widi ini menggunakan hijab juga, weekss cuma kulit kita saja yg membedakan, karena miss soniya dengan anaknya ini berasal dari sudut afrika yaitu ethiopia. soniya ini memang setiap weekend mengantarkan anaknya untuk belajar dengan sesama anak2 muslim lainnya di mesjid ini. (istilahnya kalo dikita sama seperti TPA setiap sore di lingkungan rumah.) kurang lebih 15 menit lah dari plasa euclide menuju stasiun camp sportovni tempat kita akan berhenti,
saya banyak bertanya2 kepada soniya tentang komunitas muslim di roma, diskriminasi dan sebagainya, dan beliau menjawab, "only in rome we can pray without worried in everywhere in italy, because they respect muslim, as we respect them" 
satu kata terucap saat itu dari saya,"wow" dengan masih memperhatikan senyum sumringah di wajah ibu yg tengah membetulkan jilbab, azra putri nya.
(jadi ga sabaran loh miss widi sobat jejak, gimana ya "wah" nya paolo porthoghesi itu.. 


dan singkat cerita, welcome to the largest mosque in europe miss widi. sangat mengagumkan bisa berada di tepian pagar mesjid ini dan menaikin setiap anak tangga menuju koridor2 dengan design yg berbeda dari kebanyakan mesjid lainnya, tapi ciri khas simbol bulan dan bintang tetap bertengger megah di atas kubah la moschea ini. mesjid yg berada di area seluas 3 hektare ini cukup terbilang berada di kawasan yg sejuk dan juga karena letaknya yg berada di surbuban area menjadikan mesjid ini tidak terlalu crowded.
dengan halaman parkir yg cukup luas menjadikan mesjid ini bisa menampung kurang lebih sekitar 2000 jemaah. wow bisa dibayangkan tidak, jumlah muslim yg ada di roma saja tidak sampai mencapai angka 2000 itu, nah kalo miss widi simpulkan, dari pertanyaan yg miss widi lontarkan kepada seniya, paling ramai ketika di gelar sholat idul fitri, jemaah hanya mencapai koridor2 yg ada di sisi sebelah kanan area mesjid ini, tidak sampai ke bagian bawah halaman2 yg membentang luas. (sayang banget ya sobat,, padahal kalo di negara kita sendiri, ketika sholat sampai ke lapangan2 bahkan jalan raya.)


ok lanjut, mengenai design interrior dan awal mula mesjid ini ya sobat, sepengetahuan miss widi yg bersumber dari berbagi media informasi, la moschea ini mulai di gagas dan didanai  oleh raja  faisal dari kerajaan saudy, dan kemudian di percayakan kepada designer italy paulo porthogesi.
dan total pembangunan mesjid ini mencapai kurun waktu 2 dekade, di mulai dari tahun 1974, tetapi batu pertama di letakkan di tahun 1984, dan mulai di resmikan di tahun 1995. 
kebayang lumayan lama ya sobat jejak pembangunan la moschea ini.. 

sayang pada kesempatan saat itu, miss widi tidak berkesempatan untuk sekedar masuk ke dalam main hall mesjid ini. karena hanya di buka ketika hari jumat, dan hari-hari besar keagamaan lainnya. so hanya bisa melongo dari balik jendela kaca, melihat bagaimana mewahnya lampu2 kristal yg bergelantungan menghiasi tempat utama mesjid ini.
tapi ada satu hal yg miss widi kagumkan dari design pintu masuk hall area ini. dengan ukiran kayu yg gagah dan menjulang tinggi, dibalut dengan ukiran baja. 
sangat di sayangkan juga, information center mesjid ini tidak buka setiap hari, kata soniya, fasilitas librari yg terdapat di area mesjid ini dan informatin centernya hanya buka di hari2 tertentu saja seperti jumat. 
so hari itu miss widi hanya berkeliling semua area sisi la-moschea ini dan juga banyak sharing bagaimana kehidupan muslim di roma ini dengan seniya dan sahabatnya. 
seniya bercerita bahwa selama dia belasan tahun menetap di roma, tidak mendapatkan perlakuan yg racism dari orang2 sekitar yg notabene berbeda agama. mereka sangat respect, terhadap komunitas muslim di roma. hanya saja mereka masih kesulitan untuk mendapatkan makanan halal yg komuditinya memang masih sangat terbatas. 


oia sobat jejak penasaran seperti apa cantiknya soniya?? ini loh dia, miss widi tidak lupa menyempatkan diri untuk mengabadikan gambar kita berdua, dan sampai saat ini kami pun masih berhubungan lewat email, i miss you n your daughter soniya, wish we have a chance to meet again someday. 




waktu senja , di sudut depok


cheerss

 
Ika Widi Footprints © 2011 | Designed by Chica, modified By Ika Widi, Jounal and Follow me